Bona ni Pinasa ma hasangkotan ni Jomuran, Tung aha pe dijama hamu, sai tong ma dalan ni Pasu-pasu.

Dolok (Bukit) Batu Harang

Dolok (Bukit) Batu Harang merupakan hamparan batu besar yang ada di Kecamatan Pagaran dan menjadi perbatasan Kabupaten Tapanuli utara (Taput) dan Kabupaten Humbang Hasundutan, merupakan sumber utama bahan material berupa batu cadas. Sementara itu, fenomena pemecah batu baik tradisional maupun modern merupakan pemandangan yang mengasikkan di sepanjang Jalan Propinsi Kecamatan Lintong Nihuta dan persis di kaki lereng perbukitan batu harang.

Pola menambang masih tradisional dan peralatannya pun sangat sederhana. “Hanya ini peralatan yang kami gunakan, cukup menggunakan linggis (sejenis tuas pencongkel, red). Jika batunya kebesaran di pecah dengan martil besar, lantas serpihan batu dikumpul dengan menggunakan garpu ini,” ujar Pak Ramly Nababan, seorang penambang, warga Desa Sipultak Induk, Kecamatan Pagaran, Taput, ketika ditemui di lokasi penambangan.
 
Menambang tradisional membutuhkan tekhnik khusus, dan bukan sembarang orang dapat melakukannya. Bila tidak hati-hati, nyawa bisa melayang.  “Jadi teknik menambang batu harus menguasai trik-trik khusus. Bila tidak resikonya bisa tertindas batu yang terhempas dari puncak bukit,” imbuh Pak Ramly seraya memberitahukan bahwa belum lama ini, seorang penambang yang lalai mengalami luka serius. Ia menambahkan, bahwa melakukan penambangan batu yang terbaik adalah pada saat hujan namun tidak deras. Karena kaki penambang menyatu dengan tanah dan tidak mudah tergelincir.

Ia menuturkan, pekerjaan menambang batu tidak bisa dilakukan satu orang. Melainkan dengan kerja kelompok, yang terhimpun dalam wadah koperasi penambang, hasil bentukan pekerja. “Semua penambang bekerja berkelompok layaknya seperti tim, namun dalam satu wadah koperasi yang dibentuk oleh penambang. Pembagian juga harus setara. Artinya, jika bahan kelompok yang satu kosong, akan diarahkan kepada kelompok lain,” paparnya sembari menyebutkan kalau biasanya permintaan batu meningkat bila musim proyek pemerintah tiba.

Soal harga, sesuai klasifikasi. Tergantung besar kecilnya batu. Harga terendah Rp 120 ribu. Sedangkan batu kecil bercampur tanah sekitar Rp 75 ribu, dengan satuan per 3 kubik. Tiga kubik dimaksud adalah standart pengisian truck jenis cold diesel, yang lazim digunakan guna mengangkut batu.

Pak Ramly bercerita, penambangan tersebut dibuka sekitar tahun 1985, oleh masyarakat setempat yang tinggal di sekitar lereng perbukitan. Agar transfortasi lancar ke lokasi yang jaraknya sekitar 1,3 KM, masyarakat sekitar bergotongroyong dengan swadaya. “Lokasi ini, statusnya hak ulayat, jadi semua masyarakat di sekitar sini  memiliki hak yang sama melakukan penambangan batu,” katanya.

Awalnya, ketika penambangan baru dibuka, permintaan batu tambang, jenis batu putih cukup tinggi. Harganya dua kali dari harga batu cadas. Jenis batu putih ini dibutuhkan untuk bahan campuran keramik dan diangkut ke pabrik di daerah Medan. Fungsi lainnya, menurut Pak Ramly, bisa digunakan untuk bahan campuran pakan ternak.

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara melalui Dinas Pertambangan, sering melakukan penelitian dengan mengambil sample jenis bebatuan. Masyarakat disana menanggapinya dengan senang dan gembira karena merasa akan ada angin segar yang nantinya akan merubah taraf kehidupan mereka. “Aparat Dinas Pertambangan Taput sering melakukan penelitian batu di daerah ini. Namun sampai saat ini, hasil penelitian tersebut belum berdampak kepada kami penambang. Itu bukan sekali tetapi sudah berkali-kali,” ujarnya Pak Ramly.
 
Note : Letak Batuharang ini berada / dikelilingi oleh beberapa Desa, siantaranya : Desa Lumbanina-ina, Sipultak, Nagasaribu s/d lintongnihuta.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar